Rabu, 01 Juni 2011

Ngompol Lagi

Perjalanan malam itu seharusnya mulus, tanpa gangguan, namun hembusan AC yang meracuni badan dengan hawa dingin membuat kandung kemih terlambat menyadari bahwa dirinya telah penuh. Untuk kesekian kalinya saya harus ngompol akibat jalanan Jakarta yang macet laur biasa. Selain juga karena mungkin terjadi kesalahan pada organ ureter pada tubuh ini.

Ngompol ketika dewasa agak merepotkan, karena Anda akan dihadapkan pada norma-norma yang ketika kecil dulu bisa dimaklumi begitu saja. Seorang anak kecil yang ngompol, akan bebas melenggang begitu saja tanpa sehelai kain pun menutupi kulitnya yang terbuka bebas karena celana sudah basah, tentu akan menimbulkan penyakit jika dipakai kembali. Tentu hal ini tidak dapat dilakukan orang dewasa yang waras, yang dikungkung oleh sabuk sosial untuk menjaga aurat dengan berpakaian dalam, berpakaian luar yang menutup hingga bagian tertenu yang dianggap tidak menimbulkan syahwat.

Mirip dengan kejadian malam itu, saya yang sudah dewasa, untuk kesekian kalinya ngompol karena tidak tersedianya fasilitas WC umum pada halte-halte Trans Jakarta yang membuktikan bahwa fasilitas untuk perempuan hamil, orang tua atau orang dengan kekurangan fisik di nomor duakan. Mengeluarkan urine adalah hal yang alamiah, ini mirip halnya dengan mengeluarkan racun dalam tubuh, namun karena jadwal yang berbeda-beda, fasilitas umum macam Trans Jakarta menganggap semua penumpang sama kuatnya dengan penumpang kebanyakan dapat menahan keluarnya urine dalam 3-4 jam perjalanan.

Begitukah seleksi alam?

Jadi, jika saya yang penuh dengan kekurangan masalah jadwal kencing tak tertahankan harus mengatasi masalah kesehatan saya dahulu baru mungkin dapat berbaur dengan kehidupan orang umum pada kebanyakan. Jadi ini sepenuhnya adalah MASALAH KANTONG URINE SAYA.

Lalu bagaimana saya harus tahu ada masalah pada kantong urine atau tidak. Dengan pergi ke dokter, melakukan segala tes kesehatan yang menakutkan, belum lagi dibayang-bayangi vonis mendadak atas sebuah penyakit serius yang hanya bisa diobati dengan biaya mahal dan mungkin saja sulit untuk disembuhkan, dan ketika di vonis kamu akan dipojokkan untuk sebuah tindakan kesehatan disodorkan formulir bahwa kamu bersedia dibawa ke meja operasi, dipreteli bagain-bagian tubuhnya yang mempunyai resiko besar hilangnya nyawa karena kelalaian yang mungkin saja terjadi. Dan kamu bisa pergi begitu saja saat itu, atau beberapa minggu setelahnya karena mengalami komplikasi kronis.

O.K.E

Katakan tidak untuk operasi meski mereka bilang dalam 6 bulan lagi saya tentu tidak akan dapat bertahan, katakan tidak untuk sebuah ketakutan-ketakutan pasti akan sebuah kematian. Katakan tidak ketika mereka menyodorkan sebuah formulir yang menjanjikan bahwa mereka akan merawatmu (selama kamu masih berduit) dan berusaha sebaik-baiknya. Saya punya hak atas tubuh ini, ini tubuh saya.

Tentu, kejadian ngompol lagi akan berlanjut tidak hanya sampai disini, saya hanya perlu selalu bawa baju ganti untuk mengantisipasi kejadian malam tersebut, karena membeli pakaian mendadak adalah sebuah kemewahan yang tak perlu, dan bisa saya hindari sebaik-baiknya karena saya mengenali bahwa si kantong kemih, gampang sekali penuh, terutama ketika hawa dingin terlampau menusuk dan cita-cita minum satu liter setiap hari.

:)



dari lantai 20, dengan semua orang mengetahui bahwa saya mengompol dengan bebasnya, saya suka kejujuran yang melegakan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar