Kamis, 23 September 2010

Up in the air

Saya pikir tadinya film ini akan menceritakan cinta lokasi, cinta segitiga dan semcamnya, tipikal film drama. Namun ternyata Up in The Air memberikan sesuatu yang lebih, bagi saya secara pribadi. Berikut sinopsis filmnya saya copy-paste semena-mena dari embah wiki.




Ryan Bingham (George Clooney) adalah orang yang bepergian ke berbagai tempat di seluruh dunia dan mengatur proses PHK atas nama bos-bos yang terlalu pengecut untuk melakukannya sendiri. Ryan menjalani kehidupan yang bebas, dia jarang mengunjungi keluarganya dan lebih suka hidup sendiri. Dalam perjalanannya, Dia bertemu Alex (Vera Farmiga) dan Natalie Keener (Anna Kendrick). Masuknya mereka berdua dalam kehidupannya membuatnya mempertanyakan kembali pandangan hidupnya.




Dan lalu saya tambahkan sendiri secara semena-mena pula, inilah dia,




Well, sebenarnya Ryan tidak begitu suka kehidupannya yang soliter maka itu dia protes besar-besaran ketika Natalie tiba-tiba datang menawarkan sebuah ide kepada kantornya untuk menghemat biaya perjalanan yang dikeluarkan perusahaan untuk mengirimkan agen-agennya dalam memecat orang yang mungkin berada di negara bagian lainnya, yaitu dengan menggunakan video call. Dan Ryan berhasil membuktikan bahwa metode tersebut tidak efektif dan selamat Mr Bingham! Dia pun bisa kembali 'jalan-jalan', menikmati fasilitas-fasilitas 'ekslusif' ketika dalam perjalanannya untuk memecat orang atau memberikan ceramah motivasi.




Dalam ceramah motivasi, ia selalu memasukkan gagasannya bahwa hidup soliter itu akan menjadikan pergerakan kita, sebagai manusia, lebih mudah. Karena kita tak perlu memikirkan hal yang berat-berat tentang keluarga, tentang kekasih, tentang anak, tentang binatang peliharaan, tentang rumah. Kasarnya jalanilah kehidupan bebas tanpa terikat pada sesuatu pun yang bisa membuat kita lemah. Hei, cinta bisa membuat menjadi orang lebih lemah lembut bukan? Itulah yang ditolak oleh Ryan Bingham. Ia menolak mencintai.




Ryan kemudian bertemu Alex, perempuan matang yang cantik dan seksi (menurut saya) ketika ia sedang bersantai di sebuah lounge hotel. Hei, kebetulan selalu mempertemukanmu dengan seseorang kadang-kadang. Alex, sama seperti Ryan, menjunjung kehidupan bebas tanpa terikat, namun ketika dirinya bertemu Natalie disebuah kesempatan, ia mengemukakan kata-kata yang membuat Ryan cukup menelan ludah yaitu pria impiannya adalah yang menyukai anak-anak.




Oke, kita bicara tentang Natalie dulu, semenjak idenya dibantah habis-habisan oleh Ryan, ia pun dijadikan asisten Ryan Bingham dan kemudian 'mengekor' Ryan kemana pun ia pergi (meski Ryan tadinya menolak). Natalie pindah ke kota ini karena sang pacar diterima bekerja pula disini. Saya bisa mengerti dirinya, macam saya yang juga mau pindah kota agar dekat dengan pacar saya. Lalu disinilah Natalie, mengekor Ryan dan menyaksikan orang-orang dipecat dan dihidupkan mimpi lainnya agar mereka tetap optimis dan tidak tenggelam dalam depresi dan bunuh diri, namun pada kenyataannya kejiwaan seseorang tidak bisa digeneralisasi.




Pada suatu waktu, sebuah kejadian menimpanya, Natalie diputuskan oleh pacarnya begitu saja melalui pesan instan. Menangis sesengukan, mengantarnya bertemu dengan Alex. Natalie mencoba melihat hubungan yang dijunjung dua orang ini, yaitu bebas dan tidak terikat. Ia tidak setuju sepenuhnya akan hal tersebut, tipikal anak muda, macam saya, banyak protes pada hal-hal yang dijunjung. Tapi hei, itu prinsip kan? (prinsip tai kucing hehehehe).




Ryan Bingham mengalami guncangan atas prinsip hidup yang selama ini dijunjungnya, tahu-tahu ada kerinduan berbagi kebahagiaan yang tadinya dia nikmati sendirian. Hal itu melahirkan keinginannya mempunyai pasangan, maka itu dengan segala resiko, meninggalkan ceramahnya, lalu ia menyusul Alex ke Chicago, dan voila! Ditemukanlah Alex dalam sebuah rumah penuh dengan anak-anak yang ramai dan yap! Seorang suami. Macam mendukung keadaaan hati Ryan Bingham, udara bersalju menyuruh orang-orang untuk berlindung dalam rumah dan disanalah Ryan Bingham, sendirian dalam hotelnya, entah apa yang ada dalam pikirannya, yang pasti ia sedih.



Kembali ke kantornya, ia mendapatkan berita yang cukup mengejutkan. Natalie mengundurkan diri dari kantor. Alex menelepon Ryan, mengutarakan bahwa si Bingham nyaris saja mengacaukan segalanya dengan kemunculannya yang mendadak. Secara personal, saya sangat menghormati ketika Ryan Bingham menutup teleponnya dan memutuskan tidak berkompromi lagi.


Memang film berakhir, namun yang saya pertanyakan apakah yang ada dalam benak Bingham sekarang? Apakah dia akan berpikir bahwa ternyata sebenarnya ceramahnya ada benarnya? Apakah sebenarnya dia seharusnya terus-terusan hidup soliter? Lalu saya pandang lagi diri saya ini, saya lama hidup secara individual. Namun menurut saya teman sangat penting dan yah, cinta dan sayang menghasilkan kegelisahan, ketakutan kehilangan dan semua itu yang membebani kita, apakah perlu kita masukkan dalam tas dan tenggelamkan di laut?

Saya pikir saya mau membawanya kemana-mana di punggung saya. Hei, itu pilihan kan??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar