Jumat, 08 April 2011

PECUNDANG KENTUT

Intrik.

Intrik itu ada di mana-mana, di sana, sini, di kamu, dia, saya, temanmu, temanku, sebuah hubungan, politik, pencarian kekuasaan ekonomi, pembangunan citra, di mana-mana.

Ah mengundang saya tidak penting, karena eksistensi dan esensi saya dipertanyakan, saya ini bisa apa untuk kepentingan-kepentingan yang kalian punya? Juga tidak penting mendengarkan pendapat saya karena yang tahu hidup saya akan bagus ya kalian bukan? Jadi percuma saya buka mulut ini dan berkobar bilang bahwa saya ini itu, ina ini, karena menurut kalian itu hanya sebuah pepesan kosong dan kalian bertindak sendiri. Menyuruh diri saya ini jujur, memaksa saya mengeluarkan kepastian karena sebuah kepentingan, memojokkan saya dengan banyak hal, saya telanjang sendirian sementara kalian tetap saja memakai baju. Berbisik dan berharap saya tidak mendengar rahasia-rahasia yang terjadi. Atau tidak mau saya tahu rahasia yang terjadi. SHIT! Saya rasanya sudah telanjang mandi TAHI pula.

Hidup kepentingan!

"Ah itu kan salahmu sendiri, siapa suruh kau melakukan itu dulu?"

Ya ya ya. It's my fucking fault. Yakin benar bilang bahwa bumi akan menanggung semuanya? Sementara saya ini adalah objek tanpa eksistensi dan esensi, sementara bumi, penuh eksistensi dan esensi, lebih mudah memindahkan semua beban kepada si tanpa eksistensi dan esensi karena jika ia hilang toh tak ada yang rugi, ah yang kemarin bilang rugi pun bohong.

Selamat datang pecundang kentut! Kalimat itu menggema besar-besar melalui pengeras suara ketika saya membuka pintu dan semua wajah mengarah kepada saya. Well yeah, that's me. Sehingga setiap saya berkenalan pada orang yang berada dalam lingkaran tersebut mereka seakan-akan sudah tahu dengan serta merta bilang dihadapan wajah saya,

"Oh ini yang namanya pecundang kentut..."
"Tahu darimana dan mengapa saya dibilang pecundang kentut?" tanya saya.

Lalu mereka akan memalingkan wajah dan itu berarti ada alasan yang tidak bisa dikatakan. Sebuah rahasia yang memuakkan. Yang yaaah...itu karena kesalahan-kesalahan yang kemarin saya lakukan. Ayolah BUNUH saja SAYA ini.

Kesalahan adalah tetap sebuah kesalahan, seberapapun besar usahamu untuk mencucinya, nodanya tidak akan pernah hilang.

Ya ya ya kalian tidak berbohong kok, hanya tidak mengatakan sesuatu saja, atas alasan yang tidak pernah saya mengerti dan apa yang terjadi sekarang lebih tak ku mengerti lagi. Dan tak pentinglah jika harus ku mnegerti esok hari, karena menundanya lebih penting daripada membaginya dan tidak begitu penting dibagi kepada pecundang kentut karena dia toh tidak penting. Cuma bau yang harus dienyahkan cepat-cepat.

Setuju?

2 komentar:

  1. wah, jangan jadi pecundang mbak...jd orang baik aje susah... jangan ganggu orang laen. nanti kualat lo, nangis kaya orang gila. pembalasan lebih kejam dari perbuatan!

    BalasHapus
  2. Hahaha Bagus, komentar kamu bagus yah. Enggaklah, saya enggak mau ganggu orang lain, dan kalau ada yang terganggu dengan tulisan saya ini sebaiknya bilang secara gamblang biar saya tahu apa masalahnya terhadap saya. Pembalasan memang bisa lebih kejam Gus, karena hal itu dilakukan dengan amarah, kadang amarah menghasilkan energi yang tidak terduga. Namun jika ada orang yang ingin membalas saya, silahkan, mungkin resiko manusia hidup begitu.

    "Kadang manusia itu sulit karena harus terus memaknai semuanya" *terimakasih mas didit atas quote ini

    BalasHapus