Senin, 07 Maret 2011

Montase

montase mon.ta.se

[n] (1) komposisi gambar yg dihasilkan dr pencampuran unsur beberapa sumber; (2) karya sastra, musik, atau seni yg terjadi dr bermacam-macam unsur; (3) gambar berurutan yg dihasilkan dl film untuk melukiskan gagasan yg berkaitan; (4) pemilihan dan pengaturan pemandangan untuk pembuatan film


Saya pernah mengerjakan sebuah tugas kuliah montase, di sana saya menempel foto diri saya dengan latar belakang mobil-mobil yang macet dan asap-asap yang mengepul. Untuk tugas itu dosen memberi saya nilai B, well anyway saya memang tidak pandai menghitung hingga komposisi menjadi pas.


Yang menarik adalah begitulah montase, menempel, menyatukan materi-materi asing hingga jadi satu kesatuan namun tanpa pernah sebelumnya berkaitan. Bagi saya montase tidak berhenti pada halaman majalah seni rupa, majalah fashion, majalah remaja, sampul buku hingga montase menghampiri perjalanan hidup.


Montase kehidupan.


Stiker. Saya ini stiker jika harus di analogikan sebagai benda mati. Kamu tahu fungsi stiker? Yah menempel, tambahan, mirip cara kerja si montase.
Saya mengenal banyak orang, namun tidak pernah terlibat secara benar-benar di sana, karena yah saya cuma montase, stiker yang ditempel untuk sekedar ‘nyempil’, di depan sebuah foto. Selepas kuliah, kehidupan mulai berbeda. Saya yang biasanya hidup tenang dalam gua sendirian dengan keegoisan dan merasa selalu benar, merasa terancam dengan kenyataan-kenyataan yang terus datang dan mereka mengatakan pada saya bahwa semua yang saya lakukan hanyalah mimpi.


Menyebalkan. Mereka memaksa saya untuk keluar, padahal di luar saya tahu, atas kemampuan saya yang minim dalam bersosialisasi, bisa saja saya digiring ke tiang gantungan di dekat jurang yang menganga tinggi. Di mana sebuah pohon kekar berdiri, lalu melingkar sebuah tali tebal di salah satu dahannya. Tali itu menjuntai pada posisi tertentu dan siap menahan lehermu di ketinggian tertentu. Tali akan menggantung orang yang tidak baik hati, saya pun termasuklah dalam kategorinya. Saya selingkuh, saya berbohong, saya pelit, saya perhitungan, saya gampang marah, saya menghina dan menghakimi orang lain, saya jelek (dosa ya kalo jelek hahaha), saya sombong dan berbagai macam sifat buruk lainnya.


Begitulah kehidupan montase, saya menempel pada sebuah foto lalu nanti pada waktu lemnya habis, saya akan jatuh terbawa angin yang kencang. Fotonya? Ya tetap saja begitu, tetap sama ada atau tidak adanya saya.


Apakah hidup itu harus jadi bermakna untuk orang lain, atau kebanyakan orang lain bermakna untuk diri sendiri? Atau hidup yang saya lakukan terlalu banyak kesalahan dan eror di waktu dan kesempatan yang selalu salah sehingga waktu yang bergerak jadi percuma, nafas yang terhela cuma satu bakal dari polusi, langkah yang membawa cuma sekedar bunyi yang menganggu, lalu suara yang terucap cuma nada sumbang. Cita-cita yang di punya ya hanya mimpi. Pikiran yang di punya ya tidak teraba dan terdengar. Karena saya ini terlampau transparan sampai-sampai jika tertabrak mobil dan terkapar di jalanan, orang tiada melihat. Dan saya akan mati kehabisan darah tanpa perlu merepotkan orang-orang untuk pilu atau sedih.


Ah senangnya hidup dan mati tanpa merepotkan.


Begitulah montase, tiada orang akan kehilangan, karena memang terbiasa dengan lem yang habis yang mengelupas dengan alami dan terpisah karena memang tidak ada satu pun yang menghalangimu untuk menghilang. Tidak ada tali-tali ajaib yang menahan hati dan badanmu untuk tetap berada ditempatnya, mengikatnya kuat-kuat dengan rasa, dengan ajaib sehingga kamu akhirnya jadi bagian dari foto, tidak, tidak begitu. Itu hanya mimpi. Itu dongeng.


Montase kehidupan.


Enaknya hidup di dunia nyata. Tak perlu susah-susah belajar sihir seperti Hermione dan pada tingkat tertentu berujar “Obliviate” agar dirinya menjadi Montase. Menghilang itu sangat mudah di dunia nyata, ah mudah bagi saya mungkin.
Mungkin ketika nanti tiba saatnya, entah kematian atau apapun itu. Saya akan berujar. Obliviate. Kemudian lem tiada menempel lagi dan figur itu akan terbang bebas ke bawah dan terinjak-injak banyak orang hingga rusak. Selamat tinggal nyata…


Hehehe...

2 komentar:

  1. wwwkwkwkwkkk!! aku suka ide ini biarpun agak sarap !! bangun tamtam ! selamat datang di dunia nyata ! racun polyjus sdh tdk berfungsi, dan kmu siap beraksi dg cerita berikutnya...
    Ah, kmu itu mbok ya jgn terlalu sinis dg diri sendiri, nduk...

    BalasHapus
  2. Selamat Datang Nyata yang kejam! Ah Polyjus itu bukan racun, ramuan untuk merubah diri jadi orang lain. Aku engga mau minum itu.
    Kamu apa kabar? ku coba telepon tapi gak diangkat, semoga kamu dan keluarga baik-baik saja ya.
    Ah, sulit untuk tidak sinis terhadap diri sendiri selama diri seringkali buat kesalahan bodoh, rasanya sulit memaafkannya.

    BalasHapus