Pagi ini, kamis, 17 Februari 2011. Hari pertama saya bisa tidur dengan memadamkan lampu. Ketakutan telah lenyap, saya sudah memakannya, bukan ia memakan saya. Kuat, saya kuat. Saya terbangun karena sebuah mimpi...selain karena pengeras suara dari sebuah sekolah dasar mulai bergema, si guru sibuk mencaci murid-muridnya karena tidak dapat melakukan baris berbaris dengan rapih. Mencaci sebesar suaranya menggema melalui pengeras suara yang ringsek.
Ah Mimpi...Mimpi yang unik, mungkin menyeramkan bagi sebagian orang. Mimpi bagi saya bukan sekedar bunga tidur, ada campur tangan bawah sadar di dalamnya yang kemungkinan berwujud simbol-simbol yang dapat dianalisa, sepertinya begitu yang dibilang oleh Sigmund Freud. Saya mempercayainya.
Saya mimpi bahwa sedikit lagi saya mati.
Itu yang mimpi saya katakan. Saya didiagnosa cuma punya beberapa jam lagi untuk hidup. Kulit saya keriput, tulang terlihat jelas, hmm...tampaknya saya anorexia deh. Ketika keluar dari ruang dokter, dia bilang bahwa saya tidak akan bertahan, bahkan untuk satu hari ini, karena cairan hidup sudah berkurang hingga nyaris nol. Nah kalau sampai nol, saya sudah tamat. Mati.
Kalau begitu apa yang harus saya lakukan? Dipapah Ibu dan adik, saya naik taksi berkeliling untuk mengunjungi teman saya satu per satu. Sepertinya saya bermaksud mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Diantara waktu yang kian menipis, saya perlu bertemu satu orang lagi. Yap, itu kamu. Namun jalanan yang macet membuat saya putus asa. Cairan hidup tinggal sedikit lagi, membuat saya terduduk lemas dan pasrah. Kemudian semua jadi gelap.
"Itu Zubaedah! Ngapain kamu planga-plongo di situ kayak orang bego?? Ini pada gak bisa baris ya? GESEEEEER KANAAAAN!!"
Cahaya mulai meliputi pelupuk mata, dari suara yang berisik itu, saya tahu bahwa saya masih hidup, dan bahwa sekelumit cerita tadi hanya mimpi. Saya terlentang memandang langit-langit mengumpulkan cerita mimpi karena takut hal itu hilang. But it stick in my mind, never fly away...
"Hai pagi, ak mimpi...dsana ak didiagnosa akan meninggal, ak mw ktmu km skali lg, tp ga ktmu-ktmu...", saya kirim sms itu sebelum saya lupa. Belum kamu balas, mungkin kamu masih tidur.
Namun kamu akhirnya balas, "Ih,kmu ko serem amat c mimpiny...kamu ni..."
Bagi saya kematian adalah sesuatu yang pasti. Ia tidak tabu untuk dibicarakan. Orang seringkali berkomentar, "Ih lu ngomongnya" ketika kita berbincang atau berandai-andai, jika kita mati...
Maka, ini cita-cita saya sejak dulu, sejak berpikir bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti.
Jika saya mati, saya mau sumbangkan mata saya untuk digunakan oleh orang lain. Supaya apa yang ada ditubuh ini tidak mubazir membusuk begitu saja. Kalau ginjal bisa diambil ambillah, jika jantung bisa diambil ambillah, jika hati dan pankreas bisa diambil ambillah. You can use me, use me as you like...